Berselancar tentu identik dengan laut. Namun, tidak bagi Steve King. Rekor Dunia berselancar Terlama ada di Bono Sungai kampar
Bagi Steve
King berselancar di sungai mempunyai sensasi tersendiri. Sungai
tidak selamanya memiliki gelombang kecil. Ada beberapa sungai yang
memiliki gelombang besar atau yang disebut tidal bore atau Bono.
Bono merupakan
fenomena terjadinya gelombang besar di sungai sebagai akibat
pasangnya air laut yang mendorong aliran sungai ke muara dan
mengakibatkan munculnya gelombang tinggi hingga mencapai puluhan
kilometer mengarah ke hulu sungai atau upstream.
“Kalau kita
berselancar di laut, gelombang yang datang hanya dari satu arah.
Di sungai, gelombang yang datang dari
berbagai arah dan panjangnya hingga puluhan kilometer. Kita
harus pandai membaca arah datangnya gelombang,” papar Steve. Dia
menambahkan, tak jarang gelombang bertemu di satu titik.
Steve sudah 32 tahun
menekuni hobinya sebagai peselancar. Namun, akhirnya memutuskan untuk
menekuni hobi selancarnya di sungai. “Bisa menaklukkan
gelombang di sungai merupakan sensasi tersendiri bagi saya,”
ujarnya. Dia sudah berhasil menaklukan gelombang Bono di beberapa
negara seperti Brasil, Prancis, Inggris, dan Indonesia.
Pada 30 Maret 2006
Steve King berhasil mencatatkan namanya dalam Guinness World of
Records dengan jarak tempuh 12,23 kilometer atau 7,6 mil, dengan
waktu tempuh satu jam enam menit untuk berselancar di Sungai Severn
Bore, Inggris.
Dia tidak sendirian.
Di Indonesia, bersama kedua rekannya, Steve
Holmes dan Nathan Maurice berhasil memecahkan rekor dunia yang ternah
dibuatnya di Inggris pada 2006. Dia berhasil menaklukkan gelombang
Bono di Sungai Kampar, Riau.
Dalam waktu
54 menit dia berhasil menempuh jarak 12 mil dan tidak jatuh dari
papan selancar. Rabu (13/2), dia membutuhkan waktu 1 jam 4 menit
untuk mengarungi gelombang Bono sejauh 12,8 km. Nantinya, Steve akan
mengirimkan catatannya ke pihak Guiness World of Records, "Kita
punya catatan GPS dan ada saksi untuk dikirim ke Guiness World of
Records," tambahnya.
Sementara itu,
Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan
Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
Achyarudin mengatakan, apa yang dilakukan Steve King dan
teman-temannya dengan berselancar di Sungai Kampar merupakan salah
satu promosi wisata khususnya bagi wisatawan mancanegara yang
memiliki hobi berselancar.
“Mereka punya
komunitas, sehingga kalau Steve kembali ke negara asalnya, tentu dia
akan bercerita pengalamannya menaklukkan gelombang Bono di Sungai
Kampar. Secara tidak langsung dia akan mempromosikan Sungai Kampar
kepada komunitasnya,” lanjut Achyar.
Dia menambahkan,
pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah akan
menjadikan gelombang bono di Sungai Kampar ini sebagai ikon wisata
Provinsi Riau. “Kami sudah membuat master plan kawasan wisata
sungai Kampar,” ujarnya.
Kedashyatan Ombak Sungai Kampar
Gelombang Bono yang
terdapat di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau,
pertama kali ditemukan beberapa peselancar asal Prancis dan Brasil.
Sejak saat itu, banyak peselancar nasional maupun internasional
berkeinginan mencoba dahsyatnya gelombang tujuh hantu (seven
ghost) ini.
Sejak itu
pula, dunia mengenal Gelombang Bono di tempat itu sebagai ombak di
sungai terpanjang dan terbaik di dunia. Fenomena alam ini
terjadi karena pertemuan arus di Sungai Kampar, tepatnya di Teluk
Meranti Kabupaten Pelalawan. Gelombang Bono memang fenonema unik.
Gelombang ini terjadi karena bertemunya arus pasang air laut dengan
sungai, ditambah penyempitan pertemuan arus dikarenakan sebuah pulau
muda yang membelah Sungai Kampar, tepatnya di bagian muara sungai.
Gelombang Bono juga
terkenal dengan sebutan gelombang tujuh hantu, karena gelombang yang
dihasilkan bisa mencapai tujuh gelombang berurutan dan menciptakan
bentuk layaknya kubah. Kalau biasanya ombak tinggi ada di laut, yang
ini ombaknya ada di sungai.
Tingginya mencapai 6 meter. “Kalau kami
tidak berhasil pada menaklukan Bono di Sungai Kampar, Rabu kemarin,
mungkin kami sudah menjadi eight ghost,” tambah Steve Holmes sambil
tertawa. Kakek dari sembilan cucu ini mengaku sudah lama menekuni
hobinya berselancar di sungai.
Dia mengatakan
dirinya senang dapat menaklukan Bono di Sungai Kampar itu. Peristiwa
itu sangat berkesan dalam hidupnya. “Bono di sini paling fantastik
dan menguras banyak tenaga untuk tetap bisa bertahan di atas papan
selancar. Pada waktu yang akan datang, saya akan kembali lagi ke
sana,” ujarnya.
Sumber : Sinar Harapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar