Selasa, 30 April 2013

BONO ON THE KAMPAR RIVER, THE LONGEST SURFING WAVE

BONO SUNGAI KAMPAR
Bono merupakan fenomena alam yang menakjubkan. Di mana, ketika pasang memudiki sungai, maka air sungai akan menggelombang, berombak besar. Tinggi gelombang tersebut mencapai 6 meter. Konon, menurut salah-satu cerita, Bono yang terdapat di daerah Kuala Kampar ini merupakan pasangan jantan dari Bono Betina yang terdapat di Sungai Rokan. Bono yang terdapat di Sungai Kampar Kecamatan Kuala Kampar kabupaten Pelalawan sudah dianggap sebagai hal yang biasa bagi masyarakat sekitar di Kuala Kampar, mereka disana menganggap Bono sebagai arena bermain untuk menguji ketangkasan berperahu.

Untuk mencapai Lokasi Bono ini (Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan) dapat ditempuh dengan menggunakan Transportasi darat dari Pekanbaru ke Pangkalan Kerinci sekitar 70km dan dapat ditempuh dengan waktu perjalanan 1,5jam. Kemudian dilanjutkan perjalanan darat menuju Teluk Meranti melalui Kecamatan Bunut lebih kurang perjalanan dapat ditempuh dengan waktu 4jam. Selain itu perjalanan juga dapat dilakukan menggunakan sarana transportasi air, dari Pangkalan Kerinci (Pelabuhan di jembatan Pangkalan Kerinci) kita bisa menggunakan speedboat ke desa Pulau Muda (lokasi terbaik untuk menyaksikan BONO) dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 4.5jam. Kedepannya Bono dapat menjadi Wisata andalan Provinsi Riau.

Bagi dunia peselancar (surfer) maupun wisatawan dari luar, Bono Kampar adalah sebuah penemuan yang mengagumkan bahkan para selencar dunia mengungkapkan luar biasa untuk "Bono Kampar", seperti diungkapkan oleh Chris Mauro dalam tulisannya yang dimuat GrindTV.com : “A dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world (sebuah gelombang impian yang ditemukan di salah satu sungai di Indonesia memukau dunia selancar),” tulis . Tulisan Mauro itu sendiri lantas merujuk pada apa yang ia sebut ‘penemuan luar biasa’ oleh tim (ekspedisi) Rip Curl baru-baru ini, yang menurutnya “mungkin tak tertandingi” (may be unrivaled). 

Senin, 29 April 2013

Bono Sungai kampar Keajaiban Riau untuk Dunia

Kegiatan berselancar biasanya dilakukan di sekitar pantai, tapi tidak di Sungai Kampar, Riau. Di Sungai Kampar, ada gelombang Bono dan menjadi salah satu tempat berselancar yang terkenal di kalangan peselancar dunia.

Gelombang Bono adalah gelombang besar yang terjadi akibat pertemuan arus Sungai Kampar dengan arus Laut Cina Selatan dan arus dari Selat Malaka. Arus yang sangat besar, kuat dan tinggi. Ketinggian gelombangnya bisa mencapai 4-6 meter dan diiringi dengan suara gemuruh yang kencang. Fenomena seperti ini juga terdapat di Pororoca, Sungai Amazon.

Anda dapat berselancar dan menantang gelombang Bono di Sungai Kampar dengan menempuh perjalanan sekitar 6-7 jam dari Pekanbaru. Sungai Kampar terdapat di Desa Teluk Meranti. Desa ini berada di timur laut dari Pekanbaru.

Berselancar menaklukan Gelombang Bono bukanlah berselancar biasa. Dibutuhkan pengalaman berselancar yang tinggi, ketangkasan dan mental yang besar. Hal ini, karena kondisi air yang mengandung lumpur-lumpur sungai. Bagi Anda para pemula, jangan sekali-kali mencoba berselancar di tempat ini. Sebab, papan seluncur akan lebih berat digunakan dan ditambah gelombangnya yang besar, tentu hal ini dibutuhkan keahlian yang khusus.

Puncak Gelombang Bono terjadi pada Bulan November hingga Februari. Banyak para peselancar yang datang dan mencoba untuk menaklukan Gelombang Bono pada bulan-bulan tersebut. Saat itulah Gelombang Bono mencapai ketinggian 6 meter, yang biasanya hanya mencapai 4 meter. Sungguh menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Anda untuk menaklukan gelombang Bono.

Dulu, Gelombang Bono terkenal dengan keganasan dan sangat menakutkan. Banyak kapal-kapal yang karam akibat gelombang raksasa ini. Tak heran, masyarakat Teluk Meranti menyebut Bono sebagai jelmaan dari 7 mahluk halus. Namun, di balik cerita tersebut, Gelombang Bono telah menyihir para peselancar internasional untuk datang dan membuktikannya sendiri.

Minggu, 28 April 2013

Gelombang Bono Sungai Kampar


Gelombang Bono di Sungai Kampar, Riau adalah salah satu keajaiban dari Indonesia. Ombaknya bisa setinggi 6 meter & panjang gelombangnya mencapai 300 meter lebih. Peselancar dunia pun berlomba
Tepatnya di Teluk Meranti, Sungai Kampar, Kabupaten Palalawan, Fenomena alam yg membuat penasaran traveler & peselancar dunia. Namanya adalah Gelombang Bono yg bs dipakai untuk berselancar . Meski di sungai, berselancar di Sungai Kampar untuk menaklukkan Gelombang Bono tidaklah. Bayangkan saja, tinggi ombaknya bisa mencapai 4 sampai 6 meter. Panjang gelombangnya bisa mencapai 300 . Bono berbeda dengan tempat lain, karena letaknya di garis ekuator. Jadi gelombangnya cepat, panjang, dan karakternya sulit . Gelombang Bono tercipta dari pertemuan arus sungai dan arus laut. Ditambah dengan angin dan tebing di kanan kirinya

Di Bono itu air sungai, jadi akan sulit mengambang dan berdiri di sana daripada di laut, Oleh sebab itu, Gelombang Bono menjadi daya tarik kuat bagi para peselancar atau pun traveler
Gelombangnya yang besar akan mencuri perhatian Anda. Selain itu, suara dari hempasan gelombangnya akan bikin . Ada 2 pintu akses ke Kawasan Palalawan, dr Batam bisa menyeberang pakai boat.1 lg naik mobil selama 4 jam dari . Bulan terbaik mengunjungi Sungai Bono adalah di awal dan di akhir musim hujan. Sebabnya, saat itulah gelombak akan tinggi. Tepatnya di bln Feb, Maret, Oktober, dan November. Saat siang & malam hari, adalah waktu terbaik untuk berselancar di

Untuk melihat aksi perselancar hebat yang mampu menaklukkan bono sungai kampar silahkan mampir ke alamat : Bono Sungai Kampar

Jumat, 26 April 2013

Jadwal Terjadinya Bono Sungai Kampar 2013




Jadwal ini dibuat oleh Attayaya berdasarkan perkiraan pergerakan bulan:
11 – 13 Januari 2013 (M)
27 – 30 Januari 2013 (P)
10 – 12 Februari 2013 (M)
26 – 28 Februari 2013 (P)
11 – 13 Maret 2013 (M)
27 – 30 Maret 2013 (P)
10 – 12 April 2013 (M)
26 – 28 April 2013 (P)
09 – 11 Mei 2013 (M)
25 – 27 Mei 2013 (P)
08 – 10 Juni 2013 (M)
24 – 26 Juni 2013 (P)
07 – 10 Juli 2013 (M)
23 – 25 Juli 2013 (P)
06 – 08 Agustus 2013 (M)
21 – 23 Agustus 2013 (P)
05 – 07 September 2013 (M)
19 – 21 September 2013 (P)
04 – 06 Oktober 2013 (M)
18 – 20 Oktober 2013 (P) (B)
03 – 05 November 2013 (M) (B)
17 – 19 November 2013 (P) (B)
02 – 04 Desember 2013 (M) (B)
17 – 19 Desember 2013 (P) (B)
01 – 03 Januari 2014 (M) (B) – Bertepatan dengan Tahun Baru 2014
16 – 18 Januari 2014 (P) (B)
Keterangan Perkiraan :
Jadwal Terjadinya Bono Sungai Kampar 2012 ini dihitung berdasarkan kalender Bulan/Tahun Melayu atau Kalender Hijriyah 1434 – 1435 H
(P) = Bulan Purnama / tengah bulan Melayu
(M) = Bulan Mati / awal bulan Melayu
(B) = Ombak Bono Sungai Kampar yang berukuran besar berkisar antara 4-6 meter. Selain itu biasanya berukuran sedang dengan ketinggian 3 meter untuk lokasi tertentu.

Kamis, 25 April 2013

Rekor Dunia berselancar Terlama ada di Bono Sungai kampar

Berselancar tentu identik dengan laut. Namun, tidak bagi Steve King. Rekor Dunia berselancar Terlama ada di Bono Sungai kampar

Bagi Steve King berselancar di sungai mempunyai sensasi tersendiri. Sungai tidak selamanya memiliki gelombang kecil. Ada beberapa sungai yang memiliki gelombang besar atau yang disebut tidal bore atau Bono. 

Bono merupakan fenomena terjadinya gelombang besar di sungai sebagai akibat pasangnya air laut yang mendorong aliran sungai ke muara dan mengakibatkan munculnya gelombang tinggi hingga mencapai puluhan kilometer mengarah ke hulu sungai atau upstream.
“Kalau kita berselancar di laut, gelombang yang datang hanya dari satu arah.  Di sungai, gelombang yang datang dari berbagai arah dan panjangnya hingga puluhan kilometer. Kita harus pandai membaca arah datangnya gelombang,” papar Steve. Dia menambahkan, tak jarang gelombang bertemu di satu titik.
 
Steve sudah 32 tahun menekuni hobinya sebagai peselancar. Namun, akhirnya memutuskan untuk menekuni hobi selancarnya di sungai.  “Bisa menaklukkan gelombang di sungai merupakan sensasi tersendiri bagi saya,” ujarnya. Dia sudah berhasil menaklukan gelombang Bono di beberapa negara seperti Brasil, Prancis, Inggris, dan Indonesia.
Pada 30 Maret 2006 Steve King berhasil mencatatkan namanya dalam Guinness World of Records dengan jarak tempuh 12,23 kilometer atau 7,6 mil, dengan waktu tempuh satu jam enam menit untuk berselancar di Sungai Severn Bore, Inggris.
 

Dia tidak sendirian. Di Indonesia, bersama kedua rekannya, Steve Holmes dan Nathan Maurice berhasil memecahkan rekor dunia yang ternah dibuatnya di Inggris pada 2006. Dia berhasil menaklukkan gelombang Bono di Sungai Kampar, Riau.  
 
Dalam waktu 54 menit dia berhasil menempuh jarak 12 mil dan tidak jatuh dari papan selancar. Rabu (13/2), dia membutuhkan waktu 1 jam 4 menit untuk mengarungi gelombang Bono sejauh 12,8 km. Nantinya, Steve akan mengirimkan catatannya ke pihak Guiness World of Records, "Kita punya catatan GPS dan ada saksi untuk dikirim ke Guiness World of Records," tambahnya.
 
Sementara itu, Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Achyarudin mengatakan, apa yang dilakukan Steve King dan teman-temannya dengan berselancar di Sungai Kampar merupakan salah satu promosi wisata khususnya bagi wisatawan mancanegara yang memiliki hobi berselancar.
“Mereka punya komunitas, sehingga kalau Steve kembali ke negara asalnya, tentu dia akan bercerita pengalamannya menaklukkan gelombang Bono di Sungai Kampar. Secara tidak langsung dia akan mempromosikan Sungai Kampar kepada komunitasnya,” lanjut Achyar.
Dia menambahkan, pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah akan menjadikan gelombang bono di Sungai Kampar ini sebagai ikon wisata Provinsi Riau. “Kami sudah membuat master plan kawasan wisata sungai Kampar,” ujarnya.
 
Kedashyatan Ombak Sungai Kampar
Gelombang Bono yang terdapat di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, pertama kali ditemukan beberapa peselancar asal Prancis dan Brasil. Sejak saat itu, banyak peselancar nasional maupun internasional berkeinginan mencoba dahsyatnya gelombang tujuh hantu (seven ghost) ini.
Sejak itu pula, dunia mengenal Gelombang Bono di tempat itu sebagai ombak di sungai  terpanjang dan terbaik di dunia. Fenomena alam ini terjadi karena pertemuan arus di Sungai Kampar, tepatnya di Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan. Gelombang Bono memang fenonema unik. Gelombang ini terjadi karena bertemunya arus pasang air laut dengan sungai, ditambah penyempitan pertemuan arus dikarenakan sebuah pulau muda yang membelah Sungai Kampar, tepatnya di bagian muara sungai.
Gelombang Bono juga terkenal dengan sebutan gelombang tujuh hantu, karena gelombang yang dihasilkan bisa mencapai tujuh gelombang berurutan dan menciptakan bentuk layaknya kubah. Kalau biasanya ombak tinggi ada di laut, yang ini ombaknya ada di sungai.
Tingginya mencapai 6 meter. “Kalau kami tidak berhasil pada menaklukan Bono di Sungai Kampar, Rabu kemarin, mungkin kami sudah menjadi eight ghost,” tambah Steve Holmes sambil tertawa. Kakek dari sembilan cucu ini mengaku sudah lama menekuni hobinya berselancar di sungai.
Dia mengatakan dirinya senang dapat menaklukan Bono di Sungai Kampar itu. Peristiwa itu sangat berkesan dalam hidupnya. “Bono di sini paling fantastik dan menguras banyak tenaga untuk tetap bisa bertahan di atas papan selancar. Pada waktu yang akan datang, saya akan kembali lagi ke sana,” ujarnya. 
 
Sumber : Sinar Harapan

Selasa, 23 April 2013

Sebab Terjadinya Bono Sungai Kampar

OMBAK Bono atau kadang biasa juga disebut Gelombang Bono (Bono Wave) terjadi ketika saat terjadinya pasang (pasang naik) yang terjadi di laut memasuki Sungai Kampar. Kecepatan air Sungai Kampar menuju arah laut berbenturan dengan arus air laut yang memasuki Sungai Kampar. Benturan kedua arus itulah yang menyebabkan gelombang atau ombak tersebut. Bono akan terjadi hanya ketika air laut pasang. Dan akan menjadi lebih besar lagi jika pada saat air laut mengalami pasang besar (bulan besar) diiringi hujan deras di hulu Sungai Kampar. Derasnya arus sungai akibat hujan akan berbenturan dengan derasnya pasang air laut yang masuk ke Kuala Kampar.

Awal akan terjadinya ombak Bono diawali dengan bunyi desingan yang diikuti dengan bunyi gemuruh air. Bunyi gemuruh semakin lama akan semakin keras bagaikan dentuman guntur diiringi dengan besarnya gelombang ombak Bono. Kecepatan gelombang ombak Bono mencapai 40 km/jam dan memasuki ke arah hulu berkilo-kilo meter jauhnya biasanya mencapai jarak 60 km jauhnya ke hulu dan berakhir di daerah Tanjung Pungai.

Ombak gelombang Bono ini tidak 1 (satu) jumlahnya, tetapi banyak dan beriringan. Kadang berada di kiri dan kanan tepi atau tebing sungai, kadang menyatu di tengah sungai. Bono biasanya terjadi pada setiap tanggal 10-20 bulan Melayu dalam tahun Arab yang biasa disebut penduduk sebagai "Bulan Besar" atau "Bulan Purnama". Biasanya gelombang Bono atau Ombak Bono yang besar terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab tersebut. Gelombang yang terjadi biasanya akan berwarna putih dan coklat mengikut warna air Kuala Kampar.

Selain itu, Bono juga terjadi pada setiap "bulan mati" yaitu akhir bulan dan awal bulan (tanggal 1) Tahun Arab. Untuk Jadwal Bono tahun 2011 ini diperkirakan besar pada : 25-28 November 2011 9-12 Desember 2011 24-27 Desember 2011 Bono terbesar biasanya terjadi ketika musim penghujan dimana debit air Sungai Kampar cukup besar yaitu sekitar bulan November dan Desember. Bono mulai terbentuk dan membesar di kanan kiri Pulau Muda, akibat penyempitan alur sungai karena adanya pulau (P. Muda) di tengah-tengah alur sungai.

Bono terbesar terjadi di Tanjung Perbilahan, yang terbentuk karena bertemunya Bono yang sudah terbentuk di kanan-kiri Pulau Muda. Kedalaman sungai di sekitar terjadinya ombak Bono tidaklah dalam, hanya sekitar 1-2 meter dengan bagian-bagian alur tertentu yang mempunyai kedalaman 10-15 meter untuk alur lewat jalur transportasi kapal. Hanya saja alur dalam tersebut selalu berpindah-pindah akibat pergeseran dasar sungai karena adanya ombak Bono. Sehingga, bagi kapal-kapal yang mau melewati daerah ini untuk keluar dari Kuala Kampar menuju Tanjung Batu, Selat Panjang, Tanjung Pinang, Batam atau Singapore harus menggunakan orang yang menjadi pengarah atau biasa disebut "tekong" untuk menunjukkan alur yang bisa dilewati kapal.

Tinjauan Ilmiah Terjadinya Ombak Bono
Bono biasanya terjadi pada muara sungai yang lebar dan dangkal kemudian menyempit atau menguncup setelah berada di dalam sungai. Bentuk muara sungai yang menguncup mirip dengan huruf "V" atau corong didukung dengan kondisi sungai yang mendangkal akibat erosi alami menyebabkan pertemuan air laut pasang dengan air sungai akhirnya membentuk Bono atau Tidal Bore. Tetapi tidak semua muara berbentuk V yang dangkal dapat terjadi Tidal Bore. Karena dipengaruhi salah satunya oleh faktor tinggi pasang-surut air laut.

Tidal Bore adalah dianggap sebagai suatu fenomena alam di bidang hidrodinamika yang erat hubungannya dengan pergerakan massa air. Semakin besar Bono atau Tidal Bore tersebut, maka semakin besar pula daya rusaknya.
Dikutip dari Wikipedia :

A tidal bore (or simply bore in context, or also aegir, eagre, or eygre) is a tidal phenomenon in which the leading edge of the incoming tide forms a wave (or waves) of water that travel up a river or narrow bay against the direction of the river or bay's current.

Dikutip dari Bambang Yulistiyanto:
Pasang surut yang ada di Muara Sungai Kampar mempunyai tinggi gelombang sekitar 4 m (Deshidros, 2006). Pasang surut tersebut berupa pasang surut tipe Campuran Condong ke Harian Ganda, dimana dalam 1 hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi pasang surut yang pertama dan kedua berbeda. Periode gelombang pasang surut sekitar 12 jam 25 menit. Di Sungai Kampar, muara sungai berbentuk seperti huruf "V", massa air masuk melalui mulut teluk yang lebar kemudian tertahan, hingga air laut pasang memenuhi kawasan muara. Massa air yang terkumpul kemudian terdorong kearah hulu yang menyebabkan semacam efek tekanan kuat ketika melewati areal yang menyempit dan dangkal secara konstan di mulut teluk.

Keadaan ini memunculkan gelombang yang bervariasi di hulu teluk, dari hanya berupa gelombang-gelombang kecil hingga beberapa meter ketinggiannya. Di muara Sungai Kampar, kecepatan gelombang dapat lebih rendah dibandingkan kecepatan arus sungai yang berasal dari hulu sungai. Hal ini berakibat pada terhambatnya gerakan gelombang pasang dari laut, yang berakibat pada naiknya muka air dari muara, sehingga terbentuk Tidal Bore ‘Bono’.

                               

Gelombang Bono bergerak ke hulu sampai ke Tanjung Pungai yang berjarak sekitar 60 km dari muara. Bono yang menjalar menuju ke hulu melewati alur sungai yang semakin menyempit. Saat melewati Pulau Muda, gelombang pasang ini terpisah menjadi dua, sebagian lewat alur di sebelah kiri, dan sebagian lagi lewat alur sebelah kanan Pulau Muda. Di Tanjung Perbilahan Bono yang terpisah tersebut saling bertemu, menghasilkan momentum yang mengakibatkan Gelombang Bono semakin besar. Penduduk setempat menyebut peristiwa ini sebagai ‘Bono yang bertepuk’. Di Tanjung Perbilahan, Gelombang Bono terjadi paling besar.

Senin, 22 April 2013

Gelombang Bono SUngai Kampar

JIKA Anda ke Desa Teluk Meranti di Semenanjung Kampar, yang masuk wilayah Kabupaten Pelalawan, Riau, selain akan disuguhi cerita tentang lahan gambut di semenanjung itu, tak jarang juga soal gelombang bono. Masyarakat setempat percaya gelombang tinggi itu hanya ada di Sungai Kampar dan Sungai Rokan, Riau, serta di Sungai Amazon, Benua Amerika.

Berbagai legenda menyelimuti fenomena gelombang bono, seperti halnya gelombang tinggi di laut. Seorang tetua di Teluk Meranti, Abu Sama (78), menuturkan legenda turun-temurun yang didengarnya. "Kawasan hutan gambut di Semenanjung Kampar pada tahun 1415 masih berupa lautan. Yang ada saat itu Kuala Kampar yang merupakan lokasi Candi Muara Takus. Candi ini dibuat sebagai mas kawin dari seorang pangeran India yang hendak menikahi seorang putri dari sebuah kerajaan di Sumatera," katanya saat ditemui baru-baru ini.

Seratus tahun kemudian, tidak jauh dari Kuala Kampar, muncul Pulau Langgam yang kemudian terhubung dengan Kuala Kuantan-melewati Bengkinang. Setelah itu, muncul Pulau Lawan yang kini disebut Pelalawan, di dekat Bengkinang.

Suatu hari, Raja Pelalawan mengirim orang berlayar ke Pangkalan Malako atau Selat Malaka. Belum lagi sampai, kapal kandas di Tanjung Bayang dan rombongan kembali ke Pelalawan.
Raja tidak percaya kapal bisa kandas di laut dalam. Lalu, dikirimlah kembali rombongan untuk berlayar ke sana di bawah pimpinan gadis mayang terurai dengan iringan hulubalang. Mereka pergi naik kapal yang dilengkapi tiga sekoci.

Kapal berlayar saat air pasang. Sesampainya di tempat yang sama, kapal yang ditumpangi kembali kandas karena dilamun ombak. "Kapal pecah dan lama-lama menjadi Pulau Serapung. Sekocinya menjadi Pulau Tiga, sedangkan hulubalang menjadi lumba-lumba," ujar Abu Sama.

Sejak itu, orang mulai percaya terhadap adanya gelombang tinggi di alur yang kini menjadi Sungai Kampar. "Iyo bono cerita engkau (Iya benar cerita engkau)," demikian komentar mereka.
Bono dalam bahasa setempat artinya benar. Itu sebabnya gelombang tinggi yang terjadi di Sungai Kampar disebut gelombang bono. Sayangnya, tidak banyak kajian ilmiah mengenai fenomena alam ini. Setidaknya, yang muncul dari hasil pencarian melalui situs mesin pencari, seperti Google dan ditemukan di Blog Riau Daily Photo yang berjudul Bono Sungai Kampar, Gelombang bono melintasi perkampungan Teluk Meranti yang berada di tepi Sungai Kampar. Seorang warga Teluk Meranti, Junaina (32), mengungkapkan, saat ia kecil gelombang bono bisa mencapai 3 meter sehingga air sungai masuk ke rumah-rumah yang berada persis di tepi Sungai Kampar. "Air masuk sambil membawa ikan-ikan yang kemudian kami tangkapi," ujar Junaina.


Abu Sama menambahkan, sejak dibangunnya dam Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kotopanjang, ketinggian gelombang bono berkurang, khususnya saat mencapai Desa Teluk Meranti. "Kekuatan gelombang dipecahkan oleh dam PLTA. Dulu orang pernah melihat gelombang bono di dekat muara Sungai Kampar bisa mencapai 7 meter," katanya.
Akrabnya warga dengan gelombang bono membuat mereka mampu memperkirakan waktu kedatangan bono. Ali Asar (52), misalnya, mengatakan, bono akan datang bersama air pasang baik siang maupun malam hari, terutama saat pasang penuh pada tanggal 10-20 (penanggalan Melayu atau Arab).

Bono akan datang berselisih satu jam lebih lambat daripada hari sebelumnya. Sebagai contoh, bila hari ini datang pukul 11.00, besok datang pukul 12.00. Kedatangan gelombang yang termasuk fenomena alam ini ditandai suara gemuruh di kejauhan.

Gelombang bono diperkirakan terjadi akibat pertemuan beberapa arus di Selat Malaka dan arus dari Laut Cina Selatan, yang kemudian menimbulkan gelombang besar, lalu masuk muara Sungai Kampar dan bergerak menuju hilir.

Warga biasanya akan berkumpul menyaksikan kedatangan bono di Pantai Ogis, yang berjarak 2 kilometer dari Balai Desa Teluk Meranti di Kecamatan Teluk Meranti. Bahkan, banyak anak bermain bono yang disebut bekudo bono, yakni menunggangi gelombang dengan pompong (kapal motor) atau speed boat, seperti orang berselancar.

Tentu saja permainan yang dilakukan di siang hari itu berisiko tinggi. Tidak jarang timbul korban tewas karena diempas gelombang bono. Namun, peminat "wisata" bono tidak berkurang. Mereka tidak hanya datang dari Desa Teluk Meranti, tetapi juga dari desa lain, yang jaraknya lumayan jauh.

Sabtu, 20 April 2013

Mitos Bono Sungai Kampar

Desa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan mungkin satu-satunya desa di Riau yang terkenal secara internasional dalam waktu yang sangat singkat karena dua hal yang berbeda.

Pertama tahun 2009, Teluk Meranti terkenal ketika Greenpeace membangun kamp perlindungan hutan dan mengundang sejumlah wartawan di jantung hutan gambut dataran rendah Sumatra, persis di seberang Sungai Kampar. Kala itu puluhan aktivis Indonesia dan asing melakukan aksi tanpa kekerasan dengan menghentikan eskavator dan mesin penghancur hutan milik PT RAPP. Aktifitas perusahaan juga dinilai mengancam empat kawasan lindung, yakni Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar, Tasik Belat, Tasik Metas dan Tasik Serkap serta kubah gambut yang dalamnya mencapai 20 meter.

Dan yang kedua, nama Teluk Meranti terangkat ke manca negara oleh para peselancar domestik dan internasional yang berulang kali berselancar di atas gelombang Bono Sungai Kampar.

Teluk Meranti adalah ibukota Kecamatan Teluk Meranti yang memiliki 8 desa lainnya yang berada di sepanjang Sungai Kampar. Mata pencaharian utama warga tergantung pada kelestarian hutan gambut Semenanjung Kampar. Di samping kelestarian Semenanjung Kampar dalam menyediakan kebutuhan dan sumber ekonomi masyarakat, ekosistem gambutnya mengandung berjuta metrik ton karbon yang diyakini mampu membantu menahan laju perubahan iklim global.

Namun pemerintah mengambil alih akses dan kepemilikan masyarakat dengan memberikan izin kepada puluhan perusahaan sawit, perusahaan bubur kertas dan kayu.

ombak Bono yang digadang-gadangkan sejumlah peselancar sebagai fenomona alam Indonesia yang indah sekaligus menantang ini, sesungguhnya menyimpan mitos yang sebaliknya “angker” dan “mematikan”.

“Ada kepercayaan tetua kami bahwa dulunya gelombang Bono itu jelmaan ular jantan berkepala tujuh. Satu kepala ular itu mati karena ditembak Belanda. Tinggal enam. Inilah sekarang ada enam gelombang. Sementara ular betina ada di sungai Rokan,” tokoh masyarakat Teluk Meranti, Muhammad Yusuf (58).

Menurutnya, kedatangan Bono – yang dalam bahasa Indonesia berarti benar ini – diawali dengan suara gemuruh yang dahsyat dari kejauhan. Ia mengibaratkan jika terdengar suara gemuruh, lalu mulai menanak nasi, maka ketika nasi itu masak, barulah ombak Bono sampai di depan rumah.
Namun kini, Bono tak seseram dulu. Bahkan pemerintah setempat telah menetapkan Bono sebagai objek wisata andalan yang menjanjikan untuk dijual secara internasional.

Bono adalah fenomena alam yang terbentuk dari gelombang yang dihasilkan akibat kenaikan permukaan air laut China Selatan dan laut Malaka yang masuk melawan arus ke aliran Sungai Kampar. Ketinggian ombak Bono bisa mencapai puncaknya 4 meter pada saat bulan purnama atau di awal bulan. Saat bagian terdepan arus menerobos masuk ke Sungai Kampar yang menyempit dan dangkal maka saat itulah tercipta enam atau lebih ombak.

                          

Dari catatan pemerintah, panjang Sungai Kampar sekitar 450 km melewati lebih dari 47 desa di tiga kabupaten di Provinsi Riau dan berhulu di provinsi tetangga Sumatra Barat. Lebar sungai antara 200 meter hingga 2 kilometer di bagian muara.

Sejak 2010, peselancar profesional domestik dan internasional berulang kali mencoba “menjinakkan” gelombang Bono yang pergerakan ombaknya bisa bertahan hingga dua jam lamanya atau sepanjang 50-60 km ke bagian hulu sungai.

Di tahun 2011, sekelompok peselancar membuat dokumentasi video perjalanan mereka yang berjudul “Seven Ghosts The Bono”. Terakhir 2012, perusahaan rokok Indonesia merilis video komersil berselancar Bono “My Great Adventure Indonesia Continues”.

Bahkan rencananya, pada tanggal 9 – 14 Februari ini, Steve King, peselancar peraih rekor dunia versi Guinness World Records akan memecahkan rekor berselancar terpanjang dan terlama di atas gelombang Bono.






“2006 lalu Steven telah mencatatkan namanya dalam rekor dunia (berselancar di gelombang sungai) di Inggris dengan jarak tempuh 12,23 kilometer, waktu tempuh 1 jam 6 menit,” ujar Hisam Setiawan dari River Defender, organisasi lokal yang memandu kegiatan selancar Bono.

Fakta singkat desa dan akses jalan

Ternyata kecepatan ketenaran gelombang Bono di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau tak secepat persiapan masyarakatnya. “Saya belum tahu kalau ada rencana pemecahan rekor dunia di sini. Anda dapat info dari mana?,” tanya pak Lurah Teluk Meranti, Hasan (80) kepada Mongabay di rumahnya.

Meski sudah beberapa kali dikunjungi wisatan asing, sampai wakil menteri pariwisata juga pernah datang menyaksikan Bono, namun kondisi Teluk Meranti tetap seperti dulu. Jalanan desa yang rusak dan becek. Jalan akses dari kota terdekat Pangkalan Kerinci masih banyak rusak di sana-sini. Jika hujan dan lagi apes, Anda bisa terjebak di dalam lumpur berjam-jam. Maklum, jalan lintas tersebut juga dilalui kendaraan bermuatan sawit dan kayu akasia yang menambah kehancuran jalan.
“Saya pernah berangkat ke Pekanbaru sore, besok paginya baru sampai,” kata Ali, seorang warga. Padahal jarak tempuh normal hanya 4 jam. Jika musim hujan, lebih baik menggunakan speedboat yang tersedia setiap pagi sebelum jam 10 di bawah jembatan Pangkalan Kerinci.
Desa yang dibangun pertama kali tahun 1918 ini, setidaknya hanya memiliki dua penginapan kecil. Sumber air di penginapan itu berasal dari air Sungai Kampar yang disuling namun tetap berwarna keruh gambut. Tarifnya sangat terjangkau antara 60-100 ribu per malam.

“Wakil mentri pariwisata sudah datang ke sini. Katanya akan dibangun. Kalau pemerintah kabupaten atau provinsi tak bisa, nanti bisa dibantu pemerintah pusat. Saya sudah mengajukan kepada pemerintah daerah dan telah dilanjutkan ke pemerintah pusat. Katanya secepatnya. Tapi sampai hari ini belum juga,” kata Lurah Hasan.

Menurut Hasan, siap atau tidak, desanya tetap akan didatangi wisatawan. Sumberdaya manusia yang tidak ada menyebabkan mereka tidak bisa memanfaatkan potensi keterkenalan desanya itu. “Kalau SDM tak ada, susah kita memberikan arahan. SDM kurang karena pendidikan jauh dari kabupaten,” lanjutnya.

Bagi sebagian masyarakat percaya bahwa baik Bono maupun hamparan hutan gambut Semenanjung Kampar sangatlah penting dan saling terkait. Kelestarian hutan mungkin akan mampu mempertahankan bibir sungai dari erosi dan degradasi. Sebaliknya jika hutan hancur dan gambut rusak maka dengan sendirinya erosi di bibir sungai semakin cepat terjadi dan gelombang bono yang membesar di perairan sempit akan menjadi mengecil karena sungai melebar.


Fenomenal Berselancar di Sungai Kampar

OMBAK BONO SUNGAI KAMPAR merupakan satu-satunya Sungai di Indonesia yang bisa dijadikan tempat berselancar. Perselancar top dunia hadir ke pelalawan untuk memacu adrenalin dengan berselancar di Sungai kampar.
Bono atau Gelombang Bono adalah fenomena alam yang biasa terjadi karena disebabkan pertemuan arus pasang air laut dengan arus sungai dari hulu menuju hilir. Kata Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya, cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun. Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti benar.

Bagi dunia peselancar (surfer) maupun wisatawan dari luar, Ombak Bono Kampar adalah sebuah penemuan yang mengagumkan. Dulu Ombak Bono atau gelombang Sungai Kampar sebagai sosok yang menakutkan, tetapi kini justru menjadi Wisata Andalan bagi Pelalawan dan juga Provinsi Riau.
Bono biasanya terjadi pada setiap tanggal 10-20 bulan Melayu dalam tahun Arab yang biasa disebut penduduk sebagai "Bulan Besar" atau "Bulan Purnama". Biasanya "gelombang Bono" atau "Ombak Bono" yang besar terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab tersebut.

Gelombang yang terjadi biasanya akan berwarna putih dan coklat mengikut warna air Kuala Kampar. Selain itu, Bono juga terjadi pada setiap "bulan mati" yaitu akhir bulan dan awal bulan (tanggal 1) Tahun Arab.

Lokasi Ombak Bono atau gelombang Bono Sungai Kampar dapat kita jumpai di Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan. Ada beberapa titik yang biasa digunakan masyarakat sekitar untuk melihat Ombak Bono salah satunya adalah Tanjung Sebayang atau Tanjung Bayang-Bayang, Di Tanjung Sebayang ini Pemerintah kabupaten Pelalawan telah menyediakan sebuah Pondok untuk masyarakat yang ingin menikmati Gelombang Bono.